Seorang kawan ada yang tiba-tiba menjelma angin
Tak mengapa
Mungkin ia jenuh dengan hari-harinya
Hingga ingin memulai sejarah baru
Pengembaraan panjang dengan mengembalikan dirinya
Pada semesta
Ia bersandung lirih kini. Bagitu riang
Mengusap setiap jengkal pipi bumi
Menawarkan mantra kesejukkan
Tetapi tidak padaku
Entah siapa yang telah menguraikan
Simpul-simpul itu perlahan
Hingga silaturahmi ini tak lagi terjalin
Padahal aku masih tetap pengembara
Yang mencari kawan sejalan
Menuju negeri tempat mentari menjemput senja
Kini dalam langkahku di setiap patek waktu
Tercipta yanya yang belum bertemu jawab:
"mengapa dia yang kini angin begitu enggan menyapaku?"
(Sumber dari majalah ANNIDA )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar